Organisasi
1. Pengertian
Organisasi
Apakah arti organisasi? organisasi dapat diartikan sebagai
kumpulan beberapa orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
tertentu. Organisasi dalam bentuk apapun akan selalu ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Organisasi merupakan unsur yang dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat dengan beberapa alasan, seperti organisasi digunakan untuk
mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin dapat kita lakukan sendirian, dengan
bekerja sama individu-individu dapat menyelesaikan tugas-tugas yang apabila
dikerjkan seorang diri tidak akan tercapai, organisasi dapat menyediakan
pengetahuan yang berkesinambungan serta dapat menjadi sumber karier yang
penting.
Selayaknya sebuah organisasi seharusnya menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi anggota organisasi maupun masyarakat sehingga organisasi mampu
mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Secara umum organisasi dibedakan atas
dua bentuk, pertama organisasi dengan orientasi laba seperti perusahaan yang
menyediakan produk barang atau jasa (baik perusahaan besar maupun kecil)
kemudian organisasi nirlaba atau yang tidak berorientasi laba seperti yayasan,
musium, rumah sakit milik pemerintah, sekolah, perkumpulan sosial dan
lain-lain.
Apapun bentuk organisasi itu diperlukan usaha-usaha untuk
mengelola kegiatan dan orang-orang maupun unsur lainnya yang ada didalam
organisasi agar tercapai tujuan dengan lebih baik.
Organisasi adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang memiliki paling sedikit satu tujuan umum yang sama dan
menyediakan ruang bagi mereka untuk mengaktualisasikan potensinya guna
mewujudkan tujuan umum yang sama itu. Agar tujuan-tujuan itu bisa dicapai
bersama seperti yang dikehendaki maka organisasi membutuhkan manajemen.
Manajemen adalah proses untuk
mengelola sumber-sumber organisasi. Ada dua pemegang kepentingan yang bisa
mempengaruhi organisasi, baik secara langsung maupun tidak secara langsung,
yaitu kekuatan Sistem Internal dan Lingkungan Eksternal.
Karena organisasi adalah kumpulan dua
orang atau lebih maka pengelolaan organisasi tidak akan lepas dari
pembahasan kekuasaan. Namun, dalam hal ini, pemikiran Mary Parker Follet[1], nabi
manajemen (1868-1933), mengenaicircular behaviour atau
perilaku yang saling mempengaruhi diantara anggota organisasi, perlu
diperhatikan. Prinsip kekuasaan[2] menurut
Mary Parker Follet adalah tidak berada di atas tetapi bersama, sehingga distribution of power[3] getting things done through other people, sangat
mudah dimengerti sebagai sebuah penjelasan apa itu manajemen dibanding
pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh manajemen dan perilaku organisasi yang lain.
itu menjadi sangat penting untuk manggerakkan organisasi.
Pemikiran Mary Parker Folet tersebut
menjelaskan bahwa manajemen adalah sebuah usaha kolektif, bukan usaha
individual. Sebagai sebuah usaha kolektif, kekuasaan didistribusikan ke jenjang
dibawahnya.
Distribusi kekuasaan terjadi secara
berjenjang dan mencerminkan penjenjangan organisasi, dari tingkat paling tinggi
ke tingkat paling rendah. Masing-masing tingkat memiliki fungsi yang
berbeda-beda namun terangkai dalam satu sistem jaringan organisasi yang saling
melengkapi dan membutuhkan untuk mewujudkan tujuan organisasi secara bersama.
Jadi, kolektifitas usaha itu tidak lain adalah rangkaian kegiatan dari
masing-masing fungsi dalam sistem jaringan organisasi. Dengan kata lain,
kerjasama untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran organisasi yang dilakukan
oleh fungsi-fungsi organisasi atau unit-unit organisasi adalah sebuah usaha
kolektif yang dilakukan oleh semua anggota organisasi.
Perilaku sirkular yang dicetuskan oleh
Mary Parker Follet 1920 itu kemudian dapat dijumpai dalam visualisasi anatomi
organisasi Robbins[4] beberapa
windu kemudian. Menurut Robbin, interaksi antara individu dengan indvidu,
individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok adalah saling mempengaruhi.
Dalam hal ini, Robbin membagi anatomi organisasi menjadi tiga bagian yaitu
Individu, Kelompok, dan Sistem.
Persepsi individu mengenai organisasi
terbangun dalam proses belajar individu melalui komunikasi individu dengan
kelompoknya. Selanjutnya, interaksi terjadi pula dalam komunikasi antar
kelompok dalam struktur kelompok dimana pemimpin berperan. Yang terakhir,
pemimpin melalui struktur dan disain organisasi serta kebijakan dan peraturan
organisasi berusaha untuk membentuk budaya organisasi di tingkat sistem. Namun
demikian, ketika obyek dari peratutan dan kebijakan organisasi, struktur dan
disain organisasi, dan budaya organsasi adalah manusia dan kelompok maka
interaksi yang saling mempengaruhi akan terjadi secara timbal balik. Inilah
sebenarnya esensi perilaku sirkular dalam sebuah organisasi.
Pada struktur organisasi yang
ditayangkan pada Peraga diatas tampak jelas bagaimana pemimpin organisasi
secara strtuktural bukan hanya mendistribusi sebagian kekuasaannya kepada
jenjang organisasi dibawahnya melalui para manajer namun juga mentransformasi
gagasan-gagasan, sistem nilai serta kompetensi agar organisasi berjalan sesuai
dengan arah dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Mereka adalah rantai
manajemen antar jenjang organisasi, yaitu para manajer. Para manajer ini yang
memainkan peran strategis yaitu komunikasi dalam organisasi Dengan kata lain,
para pemimpin organisasi di satu sisi membutuhkan dukungan anggota organisasi
melalui jenjang–jenjang organisasi, namun di sisi yang lain menghendaki agar
gagasan-gagasan mereka dijalankan dengan sistem nilai yang dikehendaki oleh
organisasi. Disinilah sebenarnya proses interaksi yang saling mempengaruhi
tersebut terjadi dimana setiap pemimpin unit organisasi adalah rantai manajemen
pada setiap jenjang organisasi yang akan menjadi jembatan bagi transformasi
gagasan dan kompetensi mengenai sistem nilai yang dikembangkan dalam
organsiasi.
Masing-masing rantai manajemen
mempunyai domain dan karakteristik keahlian manajerial yang berbeda, juga
dibidang dimensi waktu perencanaan serta Proses Manajemen. Semakin tinggi
jenjang manajemen maka semakin stratejik proses manajemen dan berdimensi jangka
panjang, oleh rena itu membutuhkan keahlian manajerial yang lebih bersifat
konseptual. Sebaliknya, semakin rendah jenjang manajemen maka proses manajemen
semakin taktis dan berdimensi waktu pendek sehingga keahlian manajerial juga
semakin fokus kepda domain fungsi operatif manajemen.
Hubungan antar jenjang manajemen
dijalin oleh rantai manajemen yaitu manajer-manajer fungsi. Peran manajemen
sebagai proses Perencanaan hingga Pengendalian sangat krusial disini agar semua
anggota organisasi bergerak dan berperilaku sesuai dengan harapan organisasi. Maka
sistem pengendalian manajemen harus ada dan didisain sesuai dengan kebutuhan
manajemen.
0 komentar:
Post a Comment