Berbagai Artikel Menarik Ada Disini

Sejarah Manajemen

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});


SEJARAH  MANAJEMEN
Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang masing-masing melakukan pekerjaan khusus perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan: 


(1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, 

(2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan 
(3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
      1. Era manajemen ilmiah
      2. Era modern
(4) produktivitas meningkat; 
(5) pangsa pasar meningkat karena peningkatan kualitas dan penurunan harga; 
(6) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; 
(7) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk  meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.



Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut "pabrik." 
Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.

Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson. Manajemen ilmiah dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya, Principles of Scientific Management, pada tahun 1911. Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen moderen.

Perkembangan manajemen ilmiah juga didorong oleh munculnya pemikiran baru dari Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt. yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Compan, menggagas ide bahwa seharusnya seorang mandor mampu memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan. Sementara itu, pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth berhasil menciptakan micromotion, sebuah alat yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Alat ini digunakan untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efesien.

Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.

Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagaibirokrasi bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "manajemen sains", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.

      2. Era manusia sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.

Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.

Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924.Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.

Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien". Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu yang menjadikan kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal, sementara itu pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" yang didasarkan pada gagasan bahwa atasan hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritasnya.

Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).

Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, 
(1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya    penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; 


Tokoh-tokoh Manajemen sesuai zaman
Teori manajemen klasik
Robert Owen (1771-1858)
Charles Babbage (1792-1871)
Teori manajemen ilmiah
Frederick winslow taylor(1856-1915)
Frank Bunker Gilberth dan Lilian Gilberth (1868-1924 dan 1878-1917)
Henry Laurrence Gantt (1861-1919)
Harrington Emerson (1853-1931)
Teori organsasi klasik
Henry Fayol (1841-1925)
James D. Mooney 1884-1957
Mary Parker Follet(1868-1933)
Chaster I. Barnard (1886-1961)

Pemikiran Awal Manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi 2 peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pd tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yg akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yg spesifik & berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sbg contoh, Smith mengatakan bahwa dgn sepuluh orang perusahaan peniti dpt menghasilkan kurang lbh 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dpt meningkatkan produktivitas dgn meningkatnya keterampilan & kecekatan tiap-tiap pekerja,menghemat waktu yg terbuang dalam pergantian tugas, & menciptakan mesin & penemuan lain yg dpt menghemat tenaga kerja.

Peristiwa penting kedua yg memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adl Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yg berakibat pd pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yg disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yg dpt membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kpd bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, & lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.

Manajemen di Era Manajemen Ilmiah
Era ini ditandai dgn berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, & Harrington Emerson.

Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yg berjudul Principles of Scientific Management pd tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adl “penggunaan metode ilmiah ukt menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.” Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sbg tahun lahirya teori manajemen modern.

Henry Gantt yg pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kpd karyawannya ukt bersifat rajin (industrious ) & kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik ukt membantu manajemen yg disebut sbg Gantt chart yg digunakan ukt merancang & mengontrol pekerjaan.

Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lbh jauh oleh pasangan suami-istri Frank & Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yg dpt mencatat setiap gerakan yg dilakukan oleh pekerja & lamanya waktu yg dihabiskan ukt melakukan setiap gerakan tersebut.
Era ini juga ditandai dgn hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yg dilakukan oleh para manajer & bagaimana cara membentuk praktik manajemen yg baik.

Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan 5 fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, & mengendalikan.

Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sbg kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pd pertengahan tahun 1950, & terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yg merupakan dasar-dasar & nilai yg menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.

Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan sesuatu tipe ideal organisasi yg disebut sbg birokrasi. Bentuk organisasi yg dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yg didefinisikan dgn jelas, peraturan & ketetapan yg rinci, & sejumlah hubungan yg impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasi yg ideal” itu tdk ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dgn maksud menjadikannya sbg landasan ukt berteori tentang bagaimana pekerjaan dpt dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi byk organisasi besar sekarang ini.

Perkembangan selanjutnya terjadi pd tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yg merupakan kombinasi dari teori statistika dgn teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dgn “Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains ukt menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik & operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yg menugaskan penelitian tentang organisasi.

Manajemen di Era Manusia Sosial
Era manusia sosial ditandai dgn lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tdk mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adl serangkaian studi penelitian yg dikenal sbg eksperimen Hawthrone.

Eksperimen Hawthrone dilakukan pd tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lbh sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dgn tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yg menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.

Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yg mendapatkan pendidikan di bidang filosofi & ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pd tahun 1924.[9] Follet mengajukan sesuatu filosifi bisnis yg mengutamakan integrasi sbg cara ukt mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adl ukt menentukan tujuan organisasi & mengintegrasikannya dgn tujuan individu & tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pd etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer & karyawan seharusnya memandang diri mereka sbg mitra, bukan lawan.

Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yg menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka ukt merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi & organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi “efektif-efisien”.

Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dgn pencapaian tujuan, & efisiensi adl sejauh mana motif-motif individu dpt terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sbg sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, & komunikasi merupakan elemen universal, sementara pd organisasi informal, komunikasi, kekompakan, & pemeliharaan perasaan harga diri lbh diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori “penerimaan otoritas” didasarkan pd gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.

Manajemen di Era moderen
Era moderen ditandai dgn hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management) di abad ke-20 yg diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yg paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sbg Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dgn mengajukan teori 5 langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dpt ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, & pemanfaatan yg lbh baik atas waktu & material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas & harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dpt bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana ukt meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.

Sejarah Manajemen Rating: 4.5 Diposkan Oleh: muharir

0 komentar:

Post a Comment